Saudara

Senin, 01 April 2013


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GRESIK SEBAGAI KOTA PELABUHAN PESISIR UTARA PULAU JAWA

Oleh:
Slamet Rohman         120731400288


A. Jejak Awal Peradaban Islam di Gresik
1.      Jejak Awal Penyebaran Islam di Nusantara Hingga ke Jawa
Kehadiran Islam di berbagai daerah di Nusantara tidak bersamaan. Islam masuk ke Nusantara melalui jalur pelayaran dan perdagangan Internasional yang sudah di mulai sejak awal berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara terutama Sriwijaya dan Majapahit, sebelum Islam masuk ke Nusantara terlebih dahulu dua kerajaan besar tersebut telah menguasai hampir seluruh bagian Nusantara beserta wilayah pelayaran dan perdagangannya. Kemunculan kerajaan Sriwijaya berkisar pada abad ke-7 Masehi[1]. Mulai permulaan abad ke-15 muncul beberapa kerajaan Islam di bagian Utara Pulau Sumatra dan semenanjung Tanah Melayu.[2]
Mengetahui lebih awal tentang masuknya islam sebelum terbentuknya sebuah kerajaan islam seperti yang di jelaskan pada uaraian sebelumnya, berdasarkan prasasti lingor 775, kekuasaan Sriwijaya telah sampai ke daerah kedah. Sekitar abad ke-9 terjadi sebuah pemberontakan yang dilakukan oleh petani-petani Cina Selatan terhadap kekuasaan T’ang masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889) di mana Orang-orang Muslim turut serta dalam pemberontakan tersebut dan mengakibatkan banyak orang Muslim yang di bunuh dan akhirnya mereka mencari perlindungan ke kedah yang telah menjadi kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya yang pada keuasaanya sampai ke Kedah melakukan perlindungan terhada Orang-orang Muslim tersebut.[3] Uraian berikut memberi bukti kedatangan Islam di wilayah Nusantara pada masa Sriwijaya di awali dari Katon lalu berpindah ke Kedah menuju Palembang dan sekaligus menjadi awal Islamisasi di Sumatra sekaligus di Nusantara yang menyebabkan berdirinya sebuah kerajaan Islam Nusantara yang pertama di pesisir laut timur, Lhok Seumawe yaitu Samudra Pasai sekitar abad ke-13 dan akibat dari Islamisasi di daerah-daerah pesisir utara pulau Sumatra yang telah di lewati oleh para pedagang Islam dan melemahnya Kerajaan Sriwijaya karena adanya ekspedisi pamalayu yang dilakukan oleh Kerajaan yang berada di pulau Jawa yaitu Singhasari-Majapahit.
Bedasarkan uraian-uraian diatas jelas di sebutkan Kerajaan Islam yang pertama adalah Samudra Pasai yang berada di Aceh Utara akibat dari keruntuhan Sriwijaya dari Kerajaan Majapahit. Keruntuhan Sriwijaya di gantikan oleh Majapahit yang menjadi penguasa sesudah Sriwijaya dan Majapahit menguasai hampir semua yang telah di kuasai oleh Sriwijaya sebelumnya, termasuk Samudra Pasai. Akibat dari kekacauan yang terjadi akibat perebutan-perebutan kekuasaan di kalangan raja-raja. Kekacauan tersebut mengakibatkan melemahnya pemantauan terhadap daerah kekuasaan yang jauh dari pusat ibu kota dan berdampak pada keberhasilan Samudra Pasai dan Malaka dalam mencapai puncak kejayaan hingga abad ke-16.[4]
Sebelum kemunduran Kerajaan Majapahit terjadi telah terlebih dahulu ada hubungan perdagangan yang terjadi di Pesisir Utara Pulau Jawa dengan pedagang Islam terutama dari kerajaan Samudra Pasai.[5] Uraian berikut memberikan bukti bahwa pada masa kekuasaan Majapahit telah ada hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Muslim yang memungkinkan adanya Islamisasi di Utara Pulau Jawa pada saat Majapahit masi berkuasa, seperti yang pernah terjadi sebelumnya yaitu Islamisasi yang terjadi di Utara Pulau Sumatra pada masa kekuasaan Sriwijaya. Kemungkinan atas analisis tersebut masih belum cukup dapat menguatkan akan pendapat bahwa Islamisasi yang terjadi di Pulau Jawa yaitu di awali pada masa-masa Majapahit Masih Berkuasa, sebab saat Majapahit masih berkuasa Hindu masih kental melekat di masyrakat Jawa kususnya Jawa Timur, adapun kemungkinanan sangat kecil. Bukti peninggalan bahwa terjadi kontak dengan Islam yaitu batu Nisan Kubur Fatimah binti Maimun di leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1082 M)[6]. Bukti tersebut tidak dapat di jadikan landasan sebagai anggapan bahwa telah terjadi Islamisasi di pulau jawa, karena jelas bukti tersebut menuliskan angka tahun sekitar abad ke-11dan pada tahun ini Majapahit jelas masih menguasai dan masih berada pada kejayaanya, akan tetapi bukti tesebut dapat membuktikan bahwa pada masa kejayaan Majapahit wilayah Gresik merupakan daerah yang sangat berarti bagi Majapahit maupun pedagang Islam tersebut. Bukti tersebut juga memberikan informasi yang penting untuk menganalisis orang beraliran apakah yang datang ke Pulau jawa kususnya Gresik sebagai tempat penemuan bukti arkeologi tersebut.
Menganalisis nisan tersebut, tulisan yang terdapat pada nisan tersebut adalah tulusisan Arab yang bergaya kufi. Besar kemungkinan pedagang n Islam yang berdatangan  dipulau jawa umumnya adalah beraliran sufi.[7]

2.      Proses Islamisasi di Gresik

Uaraian sebelum telah di jelaskan bukti kedatangan Islam di jawa adalah di kota Gresik. Bukti tersebut tidak dapat di jadikan sebagai acuan terhadap proses Islamisasi di pulau Jawa Kususnya pelabuhan utara pulau Jawa. Beberapa bukti yang lebih dapat untuk di jadi acuan diantaranya yaitu penemuan beberapa puluh nisan kubur di Troloyo, Trowulan, dan Gresik pada sekitaran abad ke-13. [8]Bukti tersebut bisa di jadikan sebagai acuan awal mulainya ada proses Islamisasi yang terjadi di jawa Timur kususnya kota Gresik. Bukti tersebut menerangkan angka tahun sekitar abad ke-13 yaitu, Majapahit saat itu masih Berjaya dan masih menguasai seluruh nusantara dengan baik, namun tetap bukti tersebut dapat di jadikan acuan bahwa pada abad tersebut mulai terjadi Islamisasi di kota Gresik meskipun tidak terlalu siknifikan di bandingkan dengan masa yang mendatang karena jelas bahwa Majapahit masih menguasai daerah Gresik dan daerah sekitarnya maupun Nusantara.
Berita Ma-huan tahun 1416 yang menceritakan orang-orang Muslim yang bertempat tinggal di Gresik, mebuktikan bahwa baik di pusat kerajaan Majapahit maupun di pesisir, terutama di kota-kota pelabuhan, telah terjadi proses Islamisasi dan terbentuknya masyarakat Muslim.[9] Berita Ma-huan tersebut meberikan informasi yang kongkrit tentang terjadinya Islamisasi yang terjadi di Kota Gresik. Jelas di uraikan pada berita Ma-huan bahwa telah terbentuk masyarakat Muslim dan memungkin bahwa adanya mobilitas sosial yang terjadi di kalangan orang Muslim tersebut. Mobilitas yang kemungkinan terjadi tersebut mendorong para masyrakat muslim untuk melakukan dominasi terhadap kehidupan sosial di masyarakat sekitar Gresik yang masih kental dengan Agama Hindu. Dominasi tersebut mungkin juga terjadi pada aspek politik, budaya, ekonomi dan lain sebagainya.
Dominasi tersebut kemungkinan benar terjadi, karena menurut berita tradisi kerajaan Majapahit telah runtuh tahun 1478 M.[10] Berdasarkan berita dari mahuan tersebut jelas di katakan angka tahun yaitu 1416 yang hampir bersamaan dengan keruntuhan kerajaan Majapahit. Menganalisis berita tersebut dengan tahun keruntuhan Majapahit, kemunkinan besar telah terbentuk subuah masyarakat Muslim di pesisir pantai Gresik lebih awal dari pada tahun yang di informasikan oleh Ma-huan, kerena berdasarkan informasi yang di dapat dari berbagai sumber  telah terjadi kekacauan-kekacauan di pusat pemerintahan Majapahit sebelum keruntuhanya serta di lihat dari letak geografis dan jalur perdagangan pesisir merupakan tempat persinggahan dan tempat perdagangan pertama oleh para pedagang, oleh karena itu lah kemungkinan besar yang lebih dahulu terbentuk masyarakat muslim adalah di daerah pesisir kusunya pesisir kota Gresik, yang sejak kejayaan Majapahit telah menjadi Bandar besar dalam perdagangan dan pelayaran Internasional
. Uraian diatas menguatkan akan analisis bahwa telah terjadi Islamisasi di pesisir pantai maupun pusat kota Gresik dan kuat sekali akan anggapan bahwa telah terjadi dominasi sosial oleh masyarakat muslim yang bermikim di Gresik karena telah terjadi kekacauan di Majapahit sehingga mengakibatkan melemahnya pantauan akan perdagangan maupun kehidupan sosial masyarakatnya serta kepercayaan penduduk Agama Hindu kepada kerajaannya menjadi luntur dan memungkinkan untuk penduduk tersebut terpengaruh dan mengikuti ajaran Islam yang telah bebas berkembang di pusat maupun pesisir kota Gresik.
Proses Islamisasi mencapai kekuasaan politik yang memunculkan kerajaan besar yang pertama di Jawa yaitu Demak. Sebagaimana telah dikatakan, bahwa karena situasi dan kondisi politik di Majapahit yang lemah karena pepecahan dan peperangan di kalangan keluarga raja-raja dalam perebutan mkekuasaan, maka kedatangan dan penyebaran Islam makin di percepat. Bupati-bupati pesisir kususnya pesisir kota Gresik merasa bebas dari pengaruh kekuasaan raja-raja Majapahit. Kebebasan tersebut meyakinkan akan kekuasaanya sendiri di segala bidang kehidupan sosial.

3.      Perkembangan Islam di Gresik

Pesantren adalah lembaga pendidikan agama yang didirikan oleh para ulama. Ulama mendidik santri-santrinya dari berbagai daerah Nusantara. Gresik merupakan daerah yang memiliki lpengaruh yang kuat terhadap perkembangan dan penyebaran Agama Islam. Gresik merupakan kota pesantren, Maulana Malik Ibrahim mendirikan pondok pesantren yang berada di Gapuro Gresik, sedangkan yang lebih muda lagi dari Maulana Malik Ibrahim adalah raden Patah (Sunan Giri) di bukit Giri-Gresik[11]. Santri datang dari berbagai daerah, Maluku, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan daerah lain di sekitarnya. Uraian tersebut jelas memberikan informasi tentang peran KotaGresik sebagai kota pesisir selain berguna sebagai jalur perdagangan Nusantara tapi juga sebagai jalur penyebaran Agama Islam di Hampir seluruh pulau di Nusantara yang menciptakan Raja-raja baru yang bernuansa Islami begitu juga para rakyatnya.
Menganalisis tentang pendirian pesantren oleh para sunan yang termasuk salah satu dari Wali Songo, terlebih lagi Malik Ibrahim adalah perintis teritorial dakwah dan setelah wafat di gantikan oleh Sunan Giri (Raden Patah), peran wali dalam penyebaran Agama Islam di Gresik tersebut memberikan gambaran bahawa para wali mengambil peran penting dalam penyebaran agama di kota Gresik.

B. Perdagangan  dan Pelayaran Pelabuhan Gresik

1.      Pelabuhan Gresik Sebagai Pusat Pelayaran

Gresik merupakan kota pesisir yang sudah lama menjadi tempat perdagangan melaluai jalur perdagangan. Dari jaman Majapahit sampai kekuasaan Islam, Gresik merupakan pelabuhan yang ramai di datangi oleh para saudagar. Sebelum Gersik menjadi pelabuhan yang besar dan banyak di kunjungi oleh para pedagang atau saudagar dari berbagai daerah maupun manca negara, pada abad ke-11 terlebih dahulu adalah Tuban sebgai pelabuhan terbesar dan teramai sebelum Gresik. Menurut sumber yang ada, pada akhir abad ke-16 kapal-kapal yang mengunjunginya sudah berkurang. Tuban dikelilingi tembok yang tebal dan tidak mudah dikalahkan. Tome’pires maupun pengunjung-pengunjung Belanda yang singgah di Tuban pada tahun 1599 sangat kagum akan kekayaan yang di pamerkan, antara lain ada pawai dari Gajah, kuda dan anjing. Abad ke-16 kapal-kapal dagang seperti yang telah di sebutkan tadi lebih suka di Gresik dari pada di tuban. Sumber-sumber tidak memberikan kejelasan akan penyebab masalah ini, tetapi yang paling mencolok bahwa pada waktu ini Tuban menggunakan kekerasan untuk memaksa kapal-kapal datang kepelabuhannya.[12]
Kapal-kapal yang berlayar dari Banjamasin ke Gresik di cegat oleh Tunban tiga kali. Berita lain menyatakan bahwa jung-jung cinapun dipaksakan masuk ke Tuban. Pernah terjadi pertempuran di laut yang berakhir dengan kekalahan jung Cina, dan seluruh muatannya di sita. Persaingan antar pelabuhan kota tersebut turut melemahkan politik ekspansi Mataram. Pada tahun 1619 Tuban di kuasai oleh Mataram, lalu disusul oleh Gresik pada tahun 1623 dan Surabaya pada tahun 1625, tetapi pada tahun tersebut seluruh pesisir telah di kuasai penuh oleh Sultan Mataram yakni sultan Agung. Pelabuhan-pelabuhan yang di sebut itu, Bandar Gresik merupakan pelabuhan yang utama.[13] Uarai berikut memberikan kejelasan bahwa kota pepesisir Gresik pernah di curangi oleh pelabuhan yang bertetangga dengan Gresik yang tidak dapat menerima perkembangan pelabuhan di Gresik sehingga pihak dari Tuban melakukan kecurangan-kecurang yang menyebabkan peperangan dan pertumpahan darah.
Menganilis lebih dalam tentang persaingan tersebut, memang benar jika persaingan-persaingan tersebut dapat melemahkan ekspansi Mataram yang bertujuan menguasai dan menyatukan seluruh pesisir utara pulau Jawa. Setelah Gresik, Tuban, Surabaya, dan wilayah-wilayah yang lain  dapat di kuasai oleh Mataram perselisihan tersebut namapaknya dapat di hentikan, karena berada di dalam kekuasaan Mataram yang mungkin menginginkan pelabuhan-pelabuhan tersebut bersatu. Pada kenyataannya pelabuhan Gresik yang tetap memiliki eksis tensi dalam jalur pelayaran dan perdagangan, dan terbukti semakin ramai.

2.      Ekspor dan Impor

Awal abad ke-16 Banda mengimpor kain dan tenunan halus dari negri-negri Asia di sebelah barat, yang di bawa oleh kapal-kapal Portugis menurut catatan Pires. Pedagang-pedagang kecil dari Jawa dan Melyu membawa tenunan kasar menurut pires. Raja Gresik juga sering memborong kain-kain halus dan sutra yang di masukan kebandarnya dengan maksut untuk mengimpornya lagi ke Banda dan tempat lain di Maluku. Kain halus tersebut tidak hanya diperlukan sebagai pakaian raja dan keluarganya serta kaum bangsawan lainnya, tetapi disimpan sebagai harga bersama barang lain, seperti gong tembaga, gading dan tembikarhalus.[14]
Pelabuhan-pelabuhan di pantai utara pulau Jawa mengumpulkan beras dari pedalaman, sehingga merupakan tempat singgah yang penting bukan hanya untuk mencukupibekal pelayaran tetap iuntuk di bawa kedaerah rempah-rempah itu (Poesponegor & Notosusanto. 1993:149). Menganalisis uraian berikut pengumpulan beras tersebut pastilah banyak terjadi di pelabuhan Gresik, karena seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa sejak kemunduran pelabuhan Tuban yang berkembang pesat setelahnya adalah Gresik, oleh karena itu patut untuk menganalisis hal tersebut karena ada sumber yang dapat menguatkan pendapat tersebut.
Meskipun uraian tersebut tidak secaraditail menjelaskan jenis-jenis barang yang di ekspor dan di impor oleh pelabuhan gresik, akan tetapi sudah ada sedikitbukti dari penjelasan diatas bahwa Gresik juga melakukan Ekspor dan impor, meskipun barang yang di perdagangkan bukan hasil dari daerah sendiri, namun hasil ekspor impor tersebut bisa menjadi bukti bahwa pelabuhan Gresik merupakan tempat perdagangan yang ramai dan besar.


[1] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia II (zaman Kuno), 2010, hlm. 67
[2] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia II (zaman Kuno), 2010, hlm. 94
[3] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia III,1993, hlm. 2, Syed Naguib al-Attas mengatakan bahwa Orang-orang  Muslim yang di perkirakan sejak abad ke-7, telah memiliki perkampungan di Katon menunjukan kegembiraannya menyaksikan derajat keagamaan yang tinggi dan otonomi pemerintah: dimana mereka akan memelihara kelangsungan perkampungan serta organisasi masyarakatnya di Kedah dan Palembang.

[4] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia III,1993, hlm. 4
[5] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia III,1993, hlm. 5, Pertumbuhan masyarakat Muslim di sekitar Majapahit dan terutama di beberapa kota pelabuhannya erat pula hubunganya dengan perkembangan pelayaran yang di lakuan orang-orang Muslim yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik di Samudra Pasai dan Malaka.
[6] J.P Moquette, “Mohammedaansche inscriptie of java : M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia III,1993, hlm. 4
[7] S.S. Mustakim, Artikel, Islamisasi di Kota Gresik.
[8] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia III,1993, hlm. 4
[9] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia III,1993, hlm. 5
[10] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia II,2010 hlm. 477
[11] S.S. Mustakim, Artikel, Islamisasi di Kota Gresik.
[12] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia III,1993, hlm. 128
[13] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia III,1993, hlm. 128
[14] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia III,1993, hlm. 144

Minggu, 31 Maret 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, dengan arti sebenarnya adalah pujian. Namun kemudian dianggap sebagai piagam, maklumat, surat keputusan, Undang-undang atau tulisan.
Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi , menandai akhir dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah Kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan menuju zaman sejarah dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa bangsa kita memasuki zaman sejarahnya sejak abad ke-5 Masehi, oleh karena itu kira-kira dari zaman itu sampailah kepada kita keterangan-keterangn tertulis yang pertama, berupa prasasti-prasasti (piagam-piagam) di atas batu yang ditemukan di Kutai berasal dari raja Mulawarman dan di Jawa Barat berasal dari raja Purnawarman. Tak dapat disangkal bahwa mula-mula adanya tulisan di negeri kita, sebagaian ternyata dari prasasti-prasasti tersebut berasal dari India.
Dalam pengertian modern prasasti sering dikaitkan dengan batu nisan atau di gedung terutama pada saat peletakkan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan.
Prasasti Yupa merupakan prasasti batu yang ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa sanskerta, prasati ini ditemukan di Kutai, Kalimantan Timur dan berisi mengenai hubungan genealogi pada masa pemerintahan raja Mulawarman. Kali ini kelompok kami akan membahas tentang makalah yang berjudul “Prasasti Yupa Sebagai Sumber Sejarah Kerajaan Kutai pada Masa Raja Mulawarman” untuk mengetahui isi dan fungsi prasasti Yupa yang terdapat pada kerajaan Kutai.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian prasasti dan prasasti Yupa?
2.      Apa isi prasasti Yupa?
3.      Apa fungsi prasasti Yupa?
C.    Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengertian prasasti dan prasasti Yupa.
2.      Untuk mengetahui isi prasasti Yupa.
3.      Untuk mengetahui fungsi prasasti Yupa.















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Prasasti
Prasasti menurut ensiklopedia adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Sedangkan menurut etimologi prasasti adalah pujian. Sebagian besar prasasti diketahui memuat keputusan mengenai penetapan sebuah desa atau daerah menjadi sima atau daerah perdikan. Sima adalah tanah yang diberikan oleh raja atau penguasa kepada masyarakat yang dianggap berjasa, ada juga prasasti yang berisi tentang tentang perkara perdata (disebut prasasti jayapatra atau jayasong), sebagai tanda kemenangan (jayacikna), tentang utang-piutang (suddhapatra), dan tentang kutukan atau sumpah. Prasasti tentang kutukan atau sumpah hampir semuanya ditulis pada masa kerajaan Sriwijaya. Serta adapula prasasti yang berisi tentang genealogi raja atau asal usul suatu tokoh.
Prasasti dapat ditemukan dalam bentuk angka tahun maupun tulisan singkat. Angka tahun dapat ditulis dengan angka maupun candrasengkala, baik kata-kata maupun tulisan. Tulisan singkat dapat ditemukan pada dinding candi, pada ambang pintu bagian atas dan pada batu-batu candi.
Bahan yang digunakan untuk menuliskan prasasti biasanya berupa batu atau lempengan logam, daun, dan kertas. Selain andesit, batu yang digunakan adalah batu kapur, pualam, dan basalt. Dalam arkeologi, prasasti batu disebut upala prasasti. Prasasti logam yang umumnya terbuat dari tembaga dan perunggu, biasa disebut tamra prasasti. Hanya sedikit sekali prasasti yang berbahan lembaran perak dan emas. Adapula yang disebut ripta prasasti, yakni prasasti yang ditulis di atas lontar atau daun tal. Beberapa prasasti terbuat tanah liat atau tablet yang diisi dengan mantra-mantra agama Buddha.

B.     Prasasti Yupa
Sampai kini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari abad ke-5 Masehi, yaitu prasasti Yupa dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur. Pada tahun 1879 ditemukan beberapa buah prasasti yang dipahatkan pada tiang batu. Tiang batu itu disebut  Yupa, yaitu nama yang disebutkan pada prasasti-prasastinya sendiri. Sampai saat ini telah ditemukan tujuh buah Yupa, dan masih ada kemungkinan Yupa yang lain belum ditemukan.
Prasasti-prasasti yang ditemukan di Kalimantan Timur itu mula-mula ditemukan hanya empat buah, kemudian tiga buah yang lainnya ditemukan. Menurut Kern, huruf yang digunakan adalah huruf palawa dengan bahasa sansekerta. Semuanya dikelurkan atas titah (perintah) seorang penguasa daerah itu pada masa tersebut, yang bernama Mulawarman, yang dapat dipastikan bahwa Ia adalah seorang Indonesia asli, karena kakeknya masih mempergunkan nama Indonesia asli, Kundunga.
Prasasti yang menyebutkan silsilah Mulawarman, raja terbesar di daerah Kutai kuno itu, berbunyi sebagai berikut:
Crimatah cri-narendrasya,
 Kundungasya mahatmanah,
Putro cvavarmmo vikhyatah,
 Vanicakartta yathancuman,
Tasya putra mahatmanah,
 Trayas traya ivanayah,
Tesan trayanam pravarah,
 Tapo-bala-damanvitah,
Cri mulavarmma rajendro,
 Yastva bahusuvar nnakam,
 Tasya yajnasya yupo yam,
 Dvijendrais samprakalpitah 

Yang artinya:
Sang Maharaja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, sang Aswawarman namanya, yang berarti sang angsuman (Dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti api yang suci tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah sang Mulawarman, raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri emas amat banyak. Untuk peringatan kenduri itulah tugu batu ini didirikan oleh para Brahmana.
Prasasti lain yang dikeluarkan oleh Mulawarman berisi
Crimad-viraja-kirtteh
Rajnah cri-mulavarmmanah punyam
Crnantu vipramukhyah
Ye canye sadhavah purusah       
Bahudana-jivadanam
Sakalpavrksam sabhumidanan ca
Tesam punyagananam
Yupo yam stahipito vipraih
Yang artinya:
Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka dan sekalian orang baik lain-lainnya, tentang kebaikan budi sang Mulawarman, raja besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atas mata-mata pohin kalpa (yang member segala keinginan), dengan sedekah tanah yang dihadiahkan. Berhubung dengan semua kebaikan itulah tugu ini diberikan oleh para Brahmana sebagai peringatan.
Prasati yang ketiga berisi:
Sri-mulavarmmana rajna
Yad dattan tila-parvvatam
Sa-dipamalaya sarddham
Yupo yam likhitas tayoh
Yang artinya adalah tugu ini ditulis untuk peringatan dua perkara yang telah disedekahkan oleh Sang Raja Mulawarman, yakni segunung minyak (kental), dengan lampu serta malai bunga.
Masih ada lagi prasastinya yang lain, berbunyi:
Srimato nrpamukhyasya
Rajnah sri-mulavarmmanah
Danam punyatame ksetre
Yad dattam vaprakesvare
Dvijatibhyo gnikalpebhyah
Vinsatir nggosahasrikam
Tasya punyasya yupo yam
Krto viprair ihagataih
Yang berarti Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah sapi 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang seperi api, (bertempat) di tanah yang suci (bernama) Waprakeswara. Untuk peringatan akan kebaikan budi sang raja itu, tugu ini telah dibuat oleh para Brahmana yang datang di tempat ini.
Prasasti yang lainnya yang ditemukan belakangan, berbunyi sebagai berikut:
Sri-mulavarmma rajendra(h) sama vijitya partthi (van)
Karadam nrpatimms cakre yatha raja yudhisthirah
Catvarimsat sahasrani sa dadau vapprakesvare
Ba….. trimsat sahasrani punar ddadau
Malam sa punar jivadanam pritagvidham
Akasadipam dharmmatma partthivendra (h) svake pure
  … … mahatmana
Yupo yam sth (apito) viprair nnana desad iha (gataih)
Artinya:
Raja Mulawarman yang tersohor telah mengalahkan raja-raja di medan perang dan menjadikan mereka bawahannya seperti yang dilakukan oleh raja Yudhisthira. Di waprakeswara raja Mulawarman menghadiahkan (sesuatu) 40 ribu, lalu 30 ribu lagi. Raja yang saleh tersebut juga memberikan jivadana dan cahaya terang di kotanya. Yupa ini didirikan oleh para bramana yang datang ke sini dari pelbagai tempat. 
Dari prasasti-prasastinya yang sudah ditemukan sampai saat ini, dapat diketahui nama beberapa orang tokoh, serta bagaimana kira-kira kehidupan keagamaan pada waktu itu, bagaimana kehidupan dan keadaan masyarakat pada umumnya.
Bahan yang sampai kepada kita cukup untuk mengungkapkan keadaan zaman tersebut secara lengkap dan menyeluruh, sehingga pengetahuan mengenai zaman tersebut, untuk sementara terbatas pada sumber yang ada.

C.     Fungsi Prasasti Yupa
Seperti yang telah kita ketahui prasasti Yupa dibuat sebagai:
1.      Menggambarkan silsilah Raja Mulawarman.
2.      Mengenang kebaikan Raja Mulawarman.
3.      Ucapan terimakasih kepada para Brahmana.
Dapat kami simpulkan dari prasasti Yupa, kita dapat menggambarkan kehidupan sosial masyarakat Kutai dengan melihat ketaatan/pengabdian mereka pada raja Mulawarman, kita dapat melihat keagamaan masyarakat kutai yang menyembah Dewa Siwa yang artinya mereka menganut agama Budha, kita dapat melihat kehidupan ekonomi mereka melalui persembahan Sapi yang dipersembahkan kepada Brahmana, mungkin masyarakat kutai berternak dan yang tidak kalah penting prasasti dibuat sebagai sumber sejarah kerajaan Kutai.
















BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa prasati Yupa merupakan temuan arkeologi yang ditemukan di Kerajaan Kutai, Kalimantan Timur yang dipahat pada tiang batu dengan menggunakan huruf pallawa dan bahasa sanskerta. Dengan adanya prasasti ini  sedikit demi sedikit keberadaan Kerajaan Kutai daan keadaan masyarakat pada umumnya.
Prasasti yang ditemukan sebanyak tujuh buah Yupa, yang semuanya menerangkan bagaimana kepemimpinan raja Mulawarman. Prasasti yang pertama menerangkan silsilah Mulawarman adalah raja terbesar di daerah Kutai kuno, prasati yang selanjutnya menerangkan tentang kebaikan budi Sang Mulawarman, raja besar yang sanat mulia, prasasti yang ketiga adalah sedekah dari sang Mulawarman yang berupa segunung minyak dengan lampu serta malai bunga, ada lagi prasasti yang menyebutkan Sang Mulawarman menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada brahmana yag seperti api. Prasasti yang terakhir berbunyi raja Mulawarman yang tersohor telah mengalahkan raja-raja di medan perang.
Sehingga dengan adanya prasasti tersebut, dapat dijelaskan bagaimana kerajaan Kutai pada masa raja Mulawarman dan dapat di ketahui fungsi dan tujuan didirikannya prasasti Yupa adalah sebagai sumber sejarah bahwa kerajaan Kutai pernah ada di Nusantara.


















Daftar Rujukan